Melihat dunia pendidikan

Selamat datang para bloger dan pembaca yang terkasih

Minggu, 21 Februari 2010

Contoh BAB IV PTK

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Sesuai dengan tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu untuk
mengatasi permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas,
maka peneliti berusaha menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Berdasarkan hasil observasi pendahuluan pada proses
pembelajaran dan pengalaman mengajar yang telah dilakukan guru bidang
studi biologi kelas XI IPA, dapat diketahui karakter siswa kelas XI IPA
pada umumnya dalam pembelajaran biologi yaitu siswa cenderung pasif
pada proses pembelajaran sehingga siswa sulit memahami materi pelajaran
biologi. Hal ini terbukti dengan rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka peneliti bermaksud
mengadakan penelitian dengan aplikasi model pembelajaran kooperatif tipe
TGT (Teams-Games-Tournament) untuk meningkatkan motivasi dan hasil
belajar biologi siswa kelas XI IPA. Alasan menggunakan metode TGT
karena dalam proses pembelajarannya semua siswa berperan aktif dan
diharapkan siswa yang biasanya bersikap pasif dalam kegiatan belajar
menjadi lebih aktif. Keaktifan siswa dengan menggunakan metode ini
dapat dilihat pada saat siswa membaca, berdiskusi dan menjawab
pertanyaan secara lisan pada saat pelaksanaan game/turnamen berlangsung
sehingga dapat melatih keberanian berbicara dimuka umum dan
menumbuhkan rasa percaya diri dalam dirinya.
1. Dialog Awal
Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Maret 2009 diawali
dialog awal antara peneliti dengan guru bidang studi biologi kelas XI
IPA. Dialog awal dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Maret 2009 pukul
09.00 WIB di ruang guru, pertemuan berjalan lancar. Dialog awal
digunakan untuk mengetahui keadaan awal pembelajaran sebelum
tindakan sekaligus mengutarakan maksud dan tujuan dari penelitian
yang akan dilaksanakan. Dialog tersebut membahas kelemahankelemahan
yang terdapat pada pembelajaran kelas XI IPA yaitu
partisipasi siswa rendah dalam proses pembelajaran, dominasi siswa
tertentu dalam proses pembelajaran, siswa kurang tertarik dengan cara
guru menyampaikan materi (metode tidak bervariasi) sehingga siswa
hanya berperan sebagai objek dalam kegiatan pembelajaran, sebagian
besar siswa kurang termotivasi untuk belajar sehingga siswa sulit
memahami materi pelajaran biologi. Pada kesempatan ini guru bidang
studi biologi menyambut baik kehadiran peneliti yang akan mengadakan
penelitian.
Setelah merumuskan masalah di atas, maka masalah-masalah
yang terdapat pada pembelajaran perlu dipecahkan melalui penelitian
tindakan kelas. Setelah mendapatkan masalah, selanjutnya diskusi
dilakukan untuk mengidentifikasi faktor penyebab masalah. Hasil kerja
kolaborasi antara guru bidang studi biologi kelas XI IPA dengan
peneliti, disepakati bahwa asumsi penyebab masalah pada (tabel 1).
Tabel 1. Asumsi penyebab masalah
No Faktor Penyebab masalah
1.
2.
3.
4.
Siswa
Guru
Proses
pembelajaran
Lain- lain
a. pasif dalam menerima informasi maupun
dalam proses pembelajaran
b. sulit mengutarakan ide atau gagasan
c. kurang berani dalam bertanya maupun
menjawab pertanyaan yang diberikan guru
d. menganggap mata pelajaran biologi sebagai
ilmu yang penuh hafalan
a. penyampaian materi cenderung monoton
(metode tidak bervariasi)
b. kurang memotivasi siswa untuk
menyampaikan pendapat atau untuk
berperan aktif dalam pembelajaran
a. cenderung satu arah dan tidak demokratis
b. pembelajaran masih berpusat pada guru
(keaktifan didominasi guru)
a. sarana dan prasarana masih kurang
b. kurangnya perhatian orang tua terhadap
kegiatan belajar anak di rumah
Berbagai kemungkinan penyebab masalah yang dijelaskan diatas
kemudian dianalisis melalui kerja kolaborasi antara peneliti dengan guru
bidang studi biologi kelas XI IPA. Dari hasil kerja kolaborasi antara
peneliti dan guru bidang studi biologi sepakat bahwa penyebab masalah
yang paling dominan adalah pembelajaran yang cenderung satu arah
yaitu berpusat pada guru dalam proses pembelajaran sehingga keaktifan
hanya pada guru tidak pada siswa.
Berdasarkan pada penyebab masalah yang telah disepakati oleh
rekan kolaborasi, kegiatan dilanjutkan dengan dialog untuk membahas
perencanaan solusi masalah yang dikembangkan berdasarkan akar
penyebab masalah, yaitu kualitas pembelajaran biologi. Tindakan
solusi masalah yang disepakati antara guru dengan peneliti adalah
dengan aplikasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams-Games-Tournament).
Tindakan pembelajaran dengan metode TGT akan diaplikasikan
pada siswa kelas XI IPA yang akan dikembangkan pada setiap siklus
tindakan melalui perencanaan yang terevisi. Dengan mengaplikasikan
metode TGT dalam pembelajaran, diharapkan dapat mengubah
pembelajaran yang semula siswa hanya pasif menjadi lebih aktif.
Pembelajaran TGT yang dimaksud dalam penelitian adalah cara
mengajar di mana siswa dituntut untuk aktif dalam mengemukakan
pikirannya dan guru aktif dalam membimbing siswa sehingga siswa
dilibatkan dalam kegiatan belajar. Dengan pembelajaran TGT
diharapkan motivasi dan hasil belajar siswa meningkat.
2. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan merupakan semua rencana kegiatan dalam
pembelajaran dengan metode TGT. Berdasarkan kesepakatan serta
kolaborasi tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa yaitu dengan mengaplikasikan metode TGT
dalam pembelajaran biologi pada materi pokok sistem koordinasi
manusia. Sebelum dilaksanakan tindakan peneliti terlebih dahulu
menyusun silabus yang digunakan sebagai pedoman dalam
pembelajaran (lampiran 1), sedangkan RP (lampiran 2 dan 3) disusun
saat perencanaan tindakan pada masing-masing siklus, angket motivasi
siswa (lampiran 4) dan soal post-test (lampiran 5, 7 dan 9) yang akan
diberikan pada setiap akhir tindakan.
3. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siswa kelas XI IPA
berpedoman pada rencana perbaikan pembelajaran dan perencanaan
tindakan yang telah disusun sebelumnya. Tindakan dilakukan dengan
aplikasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games-
Tournament) pada pembelajaran biologi materi pokok sistem koordinasi
manusia.
a. Tindakan kelas siklus I
1) Perencanaan tindakan siklus I
Sebelum melaksanakan tindakan terlebih dahulu
menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (lampiran 3).
Pembelajaran yang akan dilaksanakan berpedoman pada rencana
pembelajaran yang telah disusun yaitu selama 2 jam pelajaran
(90 menit) dengan materi ajar yaitu sistem koordinasi manusia.
2) Pelaksanaan tindakan kelas siklus I
Tindakan kelas siklus I dilaksanakan hari Jumat, 20
Maret 2009, dimulai pukul 10.15-11.45 WIB. Jumlah siswa yang
hadir sebanyak 30 siswa. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti
berperan sebagai guru sekaligus observer, sedangkan guru
berperan sebagai observer.
Pada kegiatan awal setelah guru memasuki ruangan, guru
membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. Guru
memberi motivasi, pengarahan mengenai tujuan dan prosedur
pembelajaran. Guru membagikan modul dan mempresentasikan
inti dari materi sistem koordinasi manusia. Kemudian guru
membagi siswa menjadi 6 kelompok dengan anggota yang
heterogen kurang lebih 15 menit. Kegiatan selanjutnya adalah
guru memberi kesempatan setiap kelompok untuk membaca
modul dan diskusi mengenai sistem koordinasi manusia selama
15 menit. Kemudian diadakan game/turnamen antar tim kurang
lebih 40 menit. Dalam langkah selanjutnya guru mengevaluasi
kegiatan game/turnamen sebagai kesimpulan dan sebelum
mengakhiri pembelajaran siswa terlebih dahulu mengerjakan
angket motivasi siswa dan post-test kurang lebih selama 20
menit.
3) Hasil tindakan kelas siklus I
a) Observasi dan monitoring tindakan kelas siklus I
Observasi dan monitoring yang dilakukan oleh peneliti
dan guru bidang studi biologi dalam tindakan ditujukan pada
semua komponen pendukung dalam proses pembelajaran
yaitu siswa, guru dan metode mengajar.
Berdasar tindakan yang dilakukan, hasil pengamatan
pada kegiatan awal adalah terdapat siswa-siswa yang dengan
serius membaca dan berdiskusi tetapi juga terdapat siswa
yang malas membaca, hanya ramai bahkan menganggu teman
lain yang mengikuti kegiatan belajar. Dalam hal ini, terlihat
bahwa siswa belum memanfaatkan diskusi secara optimal
sehingga konsep siswa mengenai materi belum matang.
Persiapan guru juga belum cukup matang. Volume suara guru
kurang keras sehingga siswa tidak sepenuhnya menangkap
apa yang disampaikan guru. Keterbatasan waktu
menyebabkan pelaksanaan pembelajaran belum baik. Selain
itu, pelaksanaan turnamen juga belum baik, karena banyak
pertanyaan yang tidak terjawab oleh setiap anggota tim.
Pelaksanaan turnamen juga hanya didominasi oleh beberapa
tim saja, terlihat belum terbentuknya kekompakan pada setiap
tim. Prosedur permainan belum efisien. Pada awal kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan metode TGT banyak
siswa terlihat bingung karena belum terbiasa dengan metode
pembelajaran yang dilakukan peneliti tetapi setelah mengikuti
langkah demi langkah dalam menggunakan metode TGT
mereka sedikit banyak mulai memahami.
Pada kegiatan akhir, guru mengevaluasi kegiatan
game/turnamen sebagai kesimpulan dan memberi motivasi
kepada siswa untuk belajar dan berdiskusi tentang materi
sistem koordinasi manusia di luar jam pelajaran sekolah.
Sebelum mengakhiri pembelajaran siswa terlebih dahulu
mengerjakan angket motivasi siswa dan post-test untuk
mengetahui hasil belajar siswa. Hampir semua siswa merasa
kaget dan tidak siap menghadapi post-test. Tetapi akhirnya
post-test berjalan dengan baik. Selama observasi dan
monitoring berlangsung, guru bidang studi biologi
memberikan penilaian terhadap aspek afektif (lampiran 26).
b) Refleksi terhadap tindakan kelas siklus I
Refleksi tindakan kelas siklus I dilaksanakan setelah
pelaksanaan tindakan siklus I. Kegiatan ini mendiskusikan
hasil observasi tindakan kelas yang telah dilakukan.
Berdasarkan hasil observasi tindakan kelas siklus I, terlihat
bahwa proses pembelajaran dengan aplikasi model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam siklus I belum sesuai
yang diharapkan dan perlu banyak pembenahan pada
komponen siswa, guru, dan metode pembelajaran sehingga
siswa dapat memahami materi pelajaran secara optimal. Dari
kegiatan refleksi ini, diperoleh beberapa hal yang dapat
dicatat sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakan
selanjutnya yaitu:
(1) Siswa belum memanfaatkan diskusi secara optimal
sehingga konsep siswa mengenai materi belum matang.
(2) Sebagian siswa belum berani mengajukan ide dan
gagasannya baik pada waktu diskusi maupun saat
game/turnamen berlangsung.
(3) Keaktifan didominasi oleh beberapa tim saja, terlihat
belum terbentuknya kekompakan pada setiap tim.
(4) Prosedur permainan belum efisien.
(5) Alokasi waktu belum dimanfaatkan secara optimal.
Karena masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan
tindakan pada siklus I, maka peneliti mengadakan perbaikan
tindakan dalam siklus II.
c) Evaluasi terhadap tindakan kelas siklus I
Hasil observasi dan refleksi pada tindakan kelas siklus
I di evaluasi peneliti dengan guru bidang studi biologi.
Dengan adanya evaluasi, diharapkan dapat mengatasi
permasalahan yang terdapat pada siklus I. Hasil evaluasi
tersebut adalah:
(1) Menciptakan suasana belajar yang serius tetapi santai
sehingga diharapkan keadaaan siswa lebih terkendali
dengan meminimalkan siswa yang ramai.
(2) Perlu adanya komunikasi yang ramah, terbuka dan
komunikatif untuk memberikan kesan bersahabat dan
tidak menakutkan agar menumbuhkan keberanian siswa
dalam menjawab pertanyaan pada saat game/turnamen
berlangsung.
(3) Guru harus membimbing siswa secara menyeluruh.
(4) Guru sesering mungkin memotivasi siswa agar mampu
bekerja sama dengan tim mereka secara maksimal dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
(5) Memperbaiki prosedur game/turnamen.
(6) Alokasi waktu yang direncanakan harus dilaksanakan
seefektif mungkin.
b. Tindakan kelas siklus II
1) Perencanaan tindakan kelas siklus II
Berdasarkan hasil pada tindakan kelas siklus I, maka
rencana tindakan kelas siklus II perlu direvisi dan hasilnya akan
digunakan sebagai acuan pelaksanaan tindakan kelas siklus II.
Berbagai revisi yang disepakati bersama guru bidang studi
biologi yaitu:
a) Dalam setiap pertemuan guru perlu mengoptimalkan
pemberian motivasi untuk meningkatkan aktivitas belajar
siswa.
b) Prosedur game/turnamen diupayakan lebih menarik lagi agar
minat dan semangat belajar siswa semakin meningkat.
c) Proses pembelajaran harus berpusat pada siswa.
d) Pengefektifan alokasi waktu pembelajaran.
Pembelajaran tindakan kelas siklus II dilaksanakan
berdasarkan hasil revisi dan Rencana Perbaikan Pembelajaran
(RPP) yang telah dibuat (lanjutan lampiran 3) yang dilaksanakan
selama 2 jam pelajaran (90 menit) dengan materi ajar yaitu
sistem koordinasi manusia. Pembelajaran dilaksanakan dengan
aplikasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT seperti pada
tindakan kelas siklus I.
2) Pelaksanaan tindakan kelas siklus II
Pelaksanaan tindakan kelas siklus II dilakukan pada hari
Rabu, 25 Maret 2009 dimulai pukul 07.00-08.30 WIB. Jumlah
siswa yang hadir sebanyak 30 siswa. Dalam pelaksanaan
tindakan, peneliti berperan sebagai guru sekaligus observer,
sedangkan guru berperan sebagai observer.
Pada kegiatan awal setelah guru memasuki ruangan, guru
membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. Guru
memberi motivasi, pengarahan mengenai tujuan dan prosedur
pembelajaran. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok dengan
anggota yang heterogen kurang lebih 10 menit. Kegiatan
selanjutnya adalah guru memberi kesempatan setiap kelompok
untuk membaca modul dan diskusi mengenai materi selama 10
menit. Kemudian diadakan game/turnamen antar tim kurang
lebih 40 menit. Dalam langkah selanjutnya guru mengevaluasi
kegiatan game/turnamen sebagai kesimpulan dan sebelum
mengakhiri pembelajaran siswa terlebih dahulu mengerjakan
angket motivasi siswa dan post test selama 30 menit.
3) Hasil tindakan kelas siklus II
a) Observasi dan monitoring tindakan kelas siklus II
Observasi dan monitoring yang dilakukan oleh peneliti
dan guru bidang studi biologi dalam tindakan ditujukan pada
semua komponen pendukung dalam proses pembelajaran
yaitu siswa, guru dan metode mengajar.
Berdasar tindakan yang dilakukan, hasil pengamatan
pada kegiatan awal adalah sebagian besar siswa sudah serius
membaca dan berdiskusi dengan teman satu tim, namun ada
pula siswa yang hanya membaca tanpa berdiskusi dengan
teman satu timnya. Dalam hal ini, terlihat bahwa terdapat
siswa yang sudah mulai memanfaatkan diskusi, ada pula yang
tidak memanfaatkan waktu untuk berdikusi sehingga
pemahaman mengenai materi belum menyeluruh pada semua
siswa. Persiapan guru sudah lebih matang. Alokasi waktu
telah dimanfaatkan dengan baik sehingga pelaksanaan
pembelajaran sudah baik. Selain itu, pelaksanaan turnamen
sudah baik tetapi belum optimal. Dikatakan baik karena
banyak pertanyaan yang dapat dijawab oleh setiap anggota
tim dan pada tindakan siklus II siswa lebih aktif
dibandingkan tindakan siklus I. Tetapi belum optimal karena
masih didominasi oleh beberapa tim saja, terlihat belum
terbentuknya kekompakan pada seluruh tim. Prosedur
permainan sudah efisien. Siswa mulai memahami kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan metode TGT.
Pada kegiatan akhir, guru mengevaluasi kegiatan
game/turnamen sebagai kesimpulan. Sebelum mengakhiri
pembelajaran siswa terlebih dahulu mengerjakan angket
motivasi siswa dan post-test untuk mengetahui hasil belajar
siswa. Siswa sudah tidak kaget lagi ketika diadakan post-test
karena siswa mulai paham apa maksud setiap tindakan
diakhiri dengan post-test. Selama observasi dan monitoring
berlangsung, guru bidang studi biologi memberikan penilaian
terhadap aspek afektif (lampiran 28). Sebelum menutup
pelajaran guru memberi motivasi kepada siswa untuk lebih
giat belajar dan berdiskusi tentang materi sistem koordinasi
manusia di luar jam pelajaran sekolah.
b) Refleksi terhadap tindakan kelas siklus II
Refleksi tindakan kelas siklus II dilaksanakan setelah
pelaksanaan tindakan siklus II. Kegiatan ini mendiskusikan
hasil observasi tindakan kelas siklus II. Berdasarkan hasil
observasi tindakan kelas siklus II, terlihat bahwa proses
pembelajaran dengan aplikasi model pembelajaran kooperatif
tipe TGT dalam siklus II sudah lebih baik daripada siklus I
tetapi hasil belajar siswa pada aspek kognitif belum sesuai
yang diharapkan, yaitu 75 % siswa belum mencapai nilai
70. Oleh sebab itu, masih perlu pembenahan pada komponen
siswa dan guru sehingga siswa dapat memahami materi
pelajaran secara optimal. Dari kegiatan refleksi ini diperoleh
beberapa hal yang dapat dicatat sebagai masukan untuk
perbaikan pada tindakan selanjutnya yaitu:
(1) Pembelajaran tindakan kelas siklus II lebih baik jika
dibandingkan dengan pembelajaran tindakan kelas siklus
I
(2) Beberapa siswa belum memanfaatkan waktu diskusi
secara optimal sehingga pemahaman mengenai materi
belum menyeluruh pada seluruh siswa.
(3) Keberanian siswa untuk mengeluarkan ide dan
gagasannya baik pada waktu diskusi maupun saat
game/turnamen berlangsung mulai meningkat.
(4) Keaktifan masih didominasi oleh beberapa tim saja,
terlihat belum terbentuknya kekompakan pada semua tim.
(5) Kemampuan siswa sudah terlihat mulai meningkat ini
terlihat pada hasil yang dicapai oleh siswa.
(6) Siswa mulai terbiasa dengan penggunaan metode TGT.
Karena masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan
tindakan pada siklus II, maka peneliti mengadakan perbaikan
tindakan dalam siklus III.
c) Evaluasi terhadap tindakan kelas siklus II
Hasil observasi dan refleksi pada tindakan kelas siklus
II di evaluasi bersama dengan guru bidang studi biologi dan
diperoleh kesepakatan sebagai berikut:
(1) Dorongan dan bimbingan kepada siswa perlu
ditingkatkan karena masih ada siswa yang kurang
semangat dalam mengikuti pelajaran.
(2) Memperbaiki komunikasi dengan pembelajaran terbuka,
bersahabat dan menyenangkan.
(3) Peneliti dan guru bidang studi biologi harus pandai dalam
membuat pembelajaran menjadi lebih menarik bagi
siswa.
c. Tindakan kelas siklus III
1) Perencanaan tindakan kelas siklus III
Berdasarkan hasil yang dicapai pada tindakan kelas siklus
II maka rencana tindakan kelas siklus II perlu direvisi yang
hasilnya akan digunakan sebagai acuan pelaksanaan tindakan
kelas siklus III. Beberapa revisi yang disepakati dengan guru
kelas yaitu:
a) Prosedur game/turnamen diupayakan lebih menarik lagi agar
minat dan semangat belajar siswa semakin meningkat.
b) Guru lebih mengoptimalkan pemberian motivasi untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa.
c) Proses pembelajaran harus berpusat pada siswa.
d) Guru berusaha mendorong semua tim agar berpartisipasi
secara aktif dalam menjawab pertanyaan pada saat
game/turnamen berlangsung.
Pembelajaran tindakan kelas siklus III dilaksanakan
berdasarkan hasil revisi dan Rencana Perbaikan Pembelajaran
(RPP) yang telah dibuat (lanjutan lampiran 3) yang dilaksanakan
selama 2 jam pelajaran (90 menit) dengan materi ajar yaitu
sistem koordinasi manusia. Pembelajaran dilaksanakan dengan
aplikasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT seperti pada
pembelajaran sebelumnya.
2) Pelaksanaan tindakan kelas siklus III
Pelaksanaan tindakan kelas siklus III dilakukan pada hari
Rabu, 01 April 2009 dimulai pukul 07.00-08.30 WIB. Jumlah
siswa yang hadir sebanyak 30 siswa. Dalam pelaksanaan
tindakan, peneliti berperan sebagai guru sekaligus observer,
sedangkan guru berperan sebagai observer.
Pada kegiatan awal setelah guru memasuki ruangan, guru
membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. Guru
memberi motivasi kepada siswa tentang pentingnya belajar
biologi baik dalam bidang akademik maupun dalam kehidupan
sehari-hari, guru juga memberi pengarahan mengenai tujuan dan
prosedur pembelajaran. Dalam kesempatan ini guru juga
memberi ucapan selamat kepada siswa yang pada post-test
sebelumnya mendapatkan nilai baik dan memberi motivasi
kembali kepada siswa yang nilainya masih kurang agar pada
post-test siklus III hasilnya meningkat. Guru membagi siswa
menjadi 6 kelompok dengan anggota yang heterogen kurang
lebih 10 menit. Kegiatan selanjutnya adalah guru memberi
kesempatan setiap kelompok untuk membaca modul dan diskusi
mengenai materi selama 10 menit. Kemudian diadakan
game/turnamen antar tim kurang lebih 40 menit. Dalam langkah
selanjutnya guru mengevaluasi kegiatan game/turnamen sebagai
kesimpulan dan sebelum mengakhiri pembelajaran siswa terlebih
dahulu mengerjakan angket motivasi siswa dan post test selama
30 menit.
3) Hasil tindakan kelas siklus III
a) Observasi dan monitoring tindakan kelas siklus III
Observasi dan monitoring yang dilakukan oleh peneliti
dan guru bidang studi biologi dalam tindakan ditujukan pada
semua komponen pendukung dalam proses pembelajaran
yaitu siswa, guru dan strategi mengajar.
Berdasar tindakan yang dilakukan, hasil pengamatan
pada kegiatan awal adalah kesiapan siswa dalam menghadapi
pelajaran sudah jauh lebih baik. Tahapan tindakan kelas mulai
dari pembagian kelompok, membaca materi dan berdiskusi
dengan teman satu tim sudah dapat mereka lakukan tanpa
diperintah. Dalam hal ini, terlihat bahwa siswa sudah
memanfaatkan diskusi secara optimal sehingga konsep siswa
mengenai materi semakin matang. Persiapan guru semakin
matang. Alokasi waktu telah dimanfaatkan dengan baik
sehingga pelaksanaan pembelajaran sudah lebih baik. Selain
itu, pelaksanaan turnamen sudah baik dan optimal karena
semua pertanyaan dapat dijawab oleh anggota tim dan
nampak pada tindakan siklus III siswa semakin aktif
dibandingkan tindakan siklus II. Pada pelaksanaan turnamen
sudah terbentuk kekompakan pada seluruh tim terlihat bahwa
seluruh tim berlomba-lomba dan sangat antusias dalam
menjawab pertanyaan pada saat game/turnamen berlangsung.
Hal ini menunjukkan meningkatnya sikap afektif siswa.
Prosedur permainan sudah efisien. Siswa telah memahami
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode TGT
sehingga siswa sangat menikmati proses pembelajaran yang
berlangsung.
Pada kegiatan akhir, guru mengevaluasi kegiatan
game/turnamen sebagai kesimpulan. Sebelum mengakhiri
pembelajaran siswa terlebih dahulu mengerjakan angket
motivasi siswa dan post-test untuk mengetahui hasil belajar
siswa. Siswa mengerjakan soal post-test dengan suasana
tenang dan terlihat lebih percaya diri. Sebelum menutup
pelajaran guru mengutarakan maksud dan tujuan dari kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan metode TGT, kemudian
guru berpesan agar siswa senantiasa giat belajar agar dapat
meningkatkan prestasinya. Penilaian sikap afektif (lampiran
30) selama observasi dan monitoring digunakan untuk
perbaikan pada tindakan kelas selanjutnya.
b) Refleksi tindakan kelas siklus III
Refleksi terhadap tindakan kelas siklus III
dilaksanakan setelah pelaksanaan tindakan kelas siklus III
berakhir. Kegiatan refleksi ini mendiskusikan hasil observasi
dan monitoring tindakan yang dilakukan. Dari kegiatan
refleksi didapatkan hasil sebagai berikut :
(1) Pembelajaran pada tindakan kelas siklus III mengalami
banyak peningkatan dibandingkan pada siklus I dan II
(2) Keberanian siswa dalam menyampaikan ide/gagasan dan
pendapat saat berdiskusi semakin baik.
(3) Model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams-Games-Tournament) diaplikasikan dengan
optimal, terbukti dapat meningkatkan motivasi, hasil
belajar dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Hal ini
dapat dilihat berdasarkan peningkatan skor motivasi,
hasil penilaian kognitif dan hasil penilaian sikap afektif
siswa dari siklus I sampai III.
c) Evaluasi terhadap tindakan kelas siklus III
Hasil observasi dan refleksi pada tindakan kelas siklus
III di evaluasi bersama guru bidang studi biologi, diperoleh
hasil sebagai berikut:
(1) Keaktifan siswa dalam pembelajaran mengalami
peningkatan yang sangat baik.
(2) Siswa sudah tidak takut dan malu lagi dalam
mengutarakan ide dan gagasannya dalam diskusi.
(3) Dengan mengaplikasikan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT secara benar dan optimal, yang melibatkan
seluruh siswa secara aktif dapat meningkatkan motivasi,
hasil belajar dan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran.
Berdasarkan pembelajaran secara keseluruhan dari hasil tindakan
kelas siklus I sampai III yang telah dilakukan, hasilnya mengalami
perubahan yang positif, yaitu meningkatnya motivasi dan hasil belajar
baik dari aspek kognitif dan afektif dalam pembelajaran biologi pada
materi pokok sistem koordinasi manusia yang disajikan dengan
membandingkan hasil belajar yang dicapai siswa. Tindakan berakhir
pada siklus III karena 75 % siswa telah mencapai nilai 70. Hasil ini
akan diuraikan pada data hasil pembelajaran.
4. Hasil Pembelajaran
Data hasil penilaian motivasi dan hasil belajar biologi aspek
kognitif dan afektif pada siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 2
Surakarta tahun ajaran 2008/2009 dengan aplikasi model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams-Games-Tournament) pada materi pokok
sistem koordinasi manusia (Tabel 2).
Tabel 2. Rata- rata penilaian motivasi dan hasil belajar biologi dengan
mengaplikasikan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
pada siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 2 Surakarta tahun
ajaran 2008/2009.
Aspek Nilai Awal Siklus I Siklus II Siklus III
Motivasi - 124,87 134,77 151,70
(Baik) (Baik) (Sangat Baik)
Kognitif 39,03 53,17 60,6 74,17
Afektif - 29,07 37,43 43,57
(Cukup Berminat) (Berminat) (Sangat Berminat)
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 2 dapat
didiskripsikan bahwa nilai rata-rata awal siswa pada aspek kognitif
(lampiran 20) kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 2 Surakarta tahun
ajaran 2008/2009 adalah sebesar 39,03. Sedangkan untuk aspek afektif
guru tidak mengevaluasinya. Hasil penilaian motivasi siswa yang
diperoleh pada siklus I (lampiran 13) rata-ratanya sebesar 124,87
termasuk dalam kategori baik. Sementara hasil penilaian aspek kognitif
yang diperoleh dari post-test pada siklus I (lampiran 20) rata-ratanya
meningkat sebesar 14,14 dari rata-rata nilai awal menjadi 53,17. Pada
siklus I belum terdapat siswa yang mencapai hasil belajar kognitif
dengan nilai 70. Sedangkan pada aspek afektif (lampiran 26) rataratanya
sebesar 29,07 yang termasuk dalam kategori cukup berminat.
Setelah pelaksanaan siklus I, diadakan refleksi dan evaluasi untuk
perbaikan pada siklus II. Hasil yang diperoleh dari tindakan siklus II
adalah rata-rata penilaian motivasi siswa (lampiran 15) meningkat 9,9
menjadi 134.77 termasuk dalam kategori baik, sementara rata-rata
kognitif (lampiran 20) meningkat 7,43 menjadi 60,6 dari rata-rata nilai
kognitif siklus I. Hanya 20% siswa yang telah mencapai hasil belajar
kognitif dengan nilai 70. Sedangkan pada aspek afektif (lampiran 28)
rata-ratanya meningkat menjadi 37,43 termasuk kategori berminat.
Untuk lebih menyakinkan hasil yang diperoleh maka dilakukan tindakan
kelas siklus III dengan berbagai revisi siklus II dan diperoleh hasil ratarata
penilaian motivasi siswa (lampiran 17) meningkat 16,93 menjadi
151,70 termasuk dalam kategori sangat baik, sementara nilai kognitif
(lampiran 20) meningkat 13,57 dari rata-rata nilai kognitif siklus II
menjadi 74,17. Siswa yang telah mencapai hasil belajar kognitif dengan
nilai 70 meningkat 56,67% menjadi 76,67%. Sedangkan pada aspek
afektif (lampiran 30) rata-ratanya meningkat menjadi 43,57 termasuk
dalam kategori sangat berminat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata
penilaian motivasi siklus III lebih tinggi dibanding dari tindakan kelas
sebelumnya (151,70>134,77>124,87). Rata-rata aspek kognitif siklus III
lebih tinggi dari siklus I dan siklus II (74,17>60,6>53,17). Dan rata-rata
aspek afektif siklus III lebih tinggi dibanding dari tindakan kelas
sebelumnya (43,57>37,43>29,07). Dalam hal ini, terjadi peningkatan
motivasi dan hasil belajar dengan aplikasi model pembelajaran
kooperatif tipe TGT. Peningkatan rata-rata hasil kognitif yang paling
tinggi adalah pada siklus III dari siklus II yaitu sebesar 13,57. Hal ini
disebabkan siswa sudah lebih siap untuk mengikuti proses belajar
dengan menggunakan metode TGT.
B. Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian (tabel 2) dapat
diketahui bahwa aplikasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Fakta tersebut
menunjukkan adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari yaitu sistem koordinasi manusia.
Hasil penelitian menunjukkan terjadinya perubahan tingkat belajar
siswa di kelas. Adanya tindakan yang telah diberikan didukung dengan
metode pembelajaran yang menarik telah memotivasi siswa untuk lebih
semangat belajar. Siswa lebih mandiri dalam kegiatan pembelajaran dan
mengerjakan soal post-test yang diberikan peneliti.
Penelitian dengan menggunakan metode TGT menunjukkan adanya
peningkatan motivasi dan hasil belajar baik dari aspek kognitif maupun
dari aspek afektif karena pembelajaran ini melibatkan seluruh siswa untuk
aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Penelitian ini merupakan hasil
kolaborasi antara peneliti dengan guru bidang studi biologi. Tindakan kelas
dilaksanakan dengan tahapan melakukan survei dan observasi terlebih
dahulu, kemudian membuat rencana tindakan dan melaksanakan tindakan
yang berpedoman pada silabus dan rencana pembelajaran. Saat
pelaksanaan tindakan, kolaborasi antara guru dengan peneliti sangat
diperlukan. Dalam hal ini, peneliti berperan sebagai guru sekaligus
observer, sedangkan guru berperan sebagai observer yang mengamati
kesibukan siswa selama pembelajaran dari aspek afektif. Selanjutnya hasil
belajar yang telah dilakukan dapat direfleksikan dan dianalisis untuk
mengetahui kebaikan dan kekurangannya, sehingga pada pembelajaran
selanjutnya, diharapkan lebih baik dan lebih berkualitas.
Dalam pembelajaran, siswa terlibat aktif melalui kegiatan
membaca, berdiskusi, mengemukakan ide dan gagasan yang dilakukan
secara berkelompok. Siswa membaca dengan tekun tentang pokok materi
yang sedang dipelajari, mendiskusikan materi dengan timnya sehingga
setiap siswa memiliki kesempatan untuk mengemukakan ide maupun
gagasannya. Kemudian saat game/turnamen berlangsung, siswa memiliki
kesempatan untuk menjawab pertanyaan, berlomba-lomba untuk meraih
skor tertinggi sehingga mendapat penghargaan sebagai tim terbaik. Pada
akhir tindakan diadakan pengisian angket motivasi dan post-test untuk
mengetahui peningkatan motivasi dan kemampuan yang dicapai siswa pada
aspek kognitif setelah pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams-Games-Tournament) dapat meningkatkan motivasi dan hasil
belajar dikarenakan dalam pembelajaran TGT, siswa tidak hanya menerima
apa yang diberikan oleh guru, tetapi semua siswa turut berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran yaitu dengan diskusi dan permainan. Hal ini
dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk mengikuti
pembelajaran biologi. Siswa juga tidak merasa jenuh dan bosan karena
dalam menyampaikan pembelajaran, guru tidak monoton, tetapi ada
variasi.
Selama pelaksanakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan
sebanyak 3 siklus, terjadi peningkatan kualitas dalam pembelajaran. Hal ini
dapat dilihat dari meningkatnya motivasi, hasil belajar siswa serta
keaktifan siswa. Peningkatan kualitas pembelajaran terjadi secara bertahap
pada setiap siklus yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.
Pada siklus I di awal pertemuan masih banyak siswa yang ramai
berbicara dengan temannya, dan perhatian siswa masih kurang terhadap
pembelajaran. Sikap menghargai teman pada saat diskusi masih kurang,
pelaksanaan game/turnamen belum efisien, persiapan guru belum cukup
matang dalam membimbing siswa, dan saat mengerjakan post-test banyak
siswa yang rasa percaya dirinya kurang. Hasil belajar pada aspek kognitif
adalah 0% siswa mencapai nilai 70. Sikap afektif yang paling tinggi
adalah kedisiplinan dan keaktifan membaca materi, sedangkan yang rendah
adalah ketekunan berdiskusi dan menjawab pertanyaan. Hal ini
dikarenakan siswa belum terbiasa menggunakan metode TGT.
Untuk pembelajaran kelas siklus II berjalan lebih baik
dibandingkan dengan tindakan kelas siklus I. Siswa mulai mengerti dan
paham dengan maksud dan tujuan pembelajaran dengan mengaplikasikan
metode TGT. Dengan metode TGT, keaktifan siswa dalam pembelajaran
semakin meningkat yang dapat dilihat pada saat membaca, berdiskusi,
menjawab pertanyaan saat game/turnamen berlangsung, dan rasa percaya
diri pada saat mengerjakan post-test lebih baik. Setelah mengikuti
pembelajaran, motivasi dan hasil belajar siswa meningkat karena dalam
diri siswa mulai tumbuh rasa percaya diri untuk mengerjakan post-test.
Hasil belajar pada aspek kognitif adalah 20% siswa mencapai nilai 70.
Dengan rasa percaya diri yang tinggi serta perhatian terhadap pelajaran
maka hasil yang dicapai menjadi baik.
Pembelajaran tindakan kelas siklus III jauh lebih baik dibandingkan
dengan tindakan kelas siklus I dan II. Peneliti sudah bertindak sebagai
fasilitator dan memberikan bimbingan kepada siswa secara menyeluruh.
Hasil belajar pada aspek kognitif adalah 76,67 % siswa mencapai nilai
70. Secara keseluruhan guru menyambut baik terhadap aplikasi
pembelajaran dengan metode TGT karena dapat meningkatkan motivasi,
keaktifan siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Tingginya nilai rata-rata pada metode pembelajaran TGT
disebabkan karena pada proses pembelajaran siswa tidak lagi dijadikan
sebagai objek melainkan siswa terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran. Dari proses pembelajaran tersebut siswa mendapatkan
pengalaman belajar sesuai dengan kajian ilmu pengetahuan yang
dipelajarinya secara optimal. Pada pembelajaran TGT, siswa dilatih,
dituntut agar dapat bekerja sama, tidak malu untuk berbicara tentang materi
yang belum dipahami dan dikuasai, saling meningkatkan keterampilan
dalam berkomunikasi sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dan
meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Melvin L. Silberman (2007), yaitu ketika pembelajaran
itu aktif apabila siswa melakukan aktivitas, mereka menggunakan potensi
otak untuk mengkaji ide-ide, memecahkan masalah dan menerapkan apa
yang mereka pelajari.
Moh. Uzer Usman (2005), menyatakan bahwa dalam menciptakan
kondisi pembelajaran yang efektif, guru harus: 1) melibatkan siswa secara
aktif; 2) menarik minat dan perhatian siswa; 3) membangkitkan motivasi
siswa; dan 4) memperhatikan perbedaan individu siswa.
Berdasarkan hasil yang telah dicapai selama pelaksanaan
pembelajaran dengan mengaplikasikan metode TGT, siswa mengalami
peningkatan baik dari segi motivasi, aspek kognitif maupun afektif. Pada
setiap siklus terjadi peningkatan hasil belajar. Berdasarkan hasil yang
diperoleh maka uraian teori yang terdapat dalam bab II mendukung
terhadap hasil tindakan kelas yang telah dilaksanakan yaitu aplikasi model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games-Tournament) dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA
Muhammadiyah 2 Surakarta tahun ajaran 2008/2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar